Bab 240
Bab 240 Pantas Saja Dla Kami Tindas
Kedua satpam itu tampak sedikit ragu.
Saat ini, pelayan toko itu berkata, “Kenapa kalian masih berdiri di sana? Ini adalah Tuan Muda David dari Keluarga Buana. Kalian turuti saja perintahnya. Nggak peduli apa pun yang terjadi, dia bisa membereskannya!”
‘Ah, ternyata Tuan Muda David dari Keluarga Buana. Kalau bisa menjalin relasi dengan orang sepertinya, pasti sangat bagus!‘
Begitu mendengar ucapan pelayan toko itu, kedua satpam itu langsung mengeluarkan tongkat yang terselip di pinggang mereka, lalu mengayunkannya ke arah Ardika.
Wajah Handoko langsung berubah menjadi pucat pasi.
“Hentikan!”
Tepat pada saat ini, tiba–tiba terdengar suara teriakan seseorang dari arah belakang mereka.
Begitu mendengar suara teriakan itu, kedua satpam langsung terkejut. Pergerakan tangan mereka langsung terhenti, seolah–olah waktu sudah berhenti.
Sementara itu, orang–orang lainnya mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara.
Mereka melihat seorang pria paruh baya yang mengenakan setelan jas dan tubuhnya agak gemuk itu sedang berjalan menuju ke arah mereka dengan ekspresi marah.
“Pak Levis!” seru pelayan toko itu.
Levis sang manajer toko pun bertanya dengan ekspresi marah, “Apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa kamu menyuruh satpam untuk memukul orang?!”
Pelayan toko itu langsung memasang ekspresi getir, dia hendak memberi penjelasan.
Saat ini, Ardika tiba–tiba berkata dengan dingin, “Levis, ya? Apa seperti ini caranya kalian melayani pelanggan? Aku harap kamu bisa memberiku penjelasan yang memuaskan!” Contentt bel0ngs to N0ve/lDrâ/ma.O(r)g!
“Tuan, aku mewakili pelayan toko kami meminta maaf atas kelancangannya.”
Selesai berbicara, Levis memelototi pelayan toko itu.
“Pak Levis, maafkan aku sudah bersikap lancang!”
Pelayan toko itu buru–buru mengakui kesalahannya.
Kedua satpam itu juga segera mengakui kesalahan mereka.
Levis mendengus dan berkata, “Kalau bukan karena aku datang tepat waktu, tongkat di tangan kalian sudah mengenai tubuh pelanggan. Kalian bertiga dipecat sekarang juga!”
“Ah….”
Ekspresi ketiga orang itu langsung berubah menjadi pucat pasi.
Mereka melemparkan sorot mata ketakutan sekaligus penuh kebencian ke arah Ardika.
Sebenarnya siapa orang itu?
Hanya dengan satu kalimat darinya saja, mereka langsung dipecat!
Handoko juga menatap Ardika dengan tatapan terkejut.
‘Eh? Sebenarnya apa yang terjadi?‘ pikir Handoko.
Pelayan toko menatap David dengan ekspresi getir dan berkata, “Tuan Muda David, tadi kamu yang memerintahkanku untuk menghajar Tuan ini, kamu harus membantu kami!”
Seolah–olah menemukan sosok penyelamat, kedua satpam juga melemparkan sorot mata memelas ke arah David.
+15 BONUS
Ekspresi mereka brallu menyedihkan, bahkan sudah hampir berlut
Levis mengerutkan keningnya, lalu mengalihkan pandangannya ke arah David dan berkata, “Tuan Muda David, kamu yang memerintahkan
mereka untuk melakukan hal Mu?
Sambil merapikan kerah pakaiannya, David berkata, “Ya, idiot ini sangat mengganggu, jadi aku meminta satpam untuk menghajarnya dan
menyeretnya keluar dari sini. Pak Levis, apa ada yang salah?”
Orang yang dia cari dengan mengandalkan relasi tidak lain adalah Levis.
Levis berkata dengan ekspresi canggung. “Ah, Tuan Muda David, aku sudah salah paham. Aku mengira Tuan ini adalah temanmu. Aku benar–benar minta maaf.*
Pelayan toko dan kedua satpam itu langsung tercengang.
Ternyata Levis mengira idiot itu adalah teman David, jadi dia baru menghentikan mereka!
David menunjuk ketiga orang itu dan berkata kepada Levis. “Aku harap Pak Levis nggak memecat mereka bertiga demi aku.”
“Ya, tentu saja, aku nggak akan memecat mereka lagi!”
Levis mengubah keputusannya begitu saja.
Sontak saja hal itu membuat pelayan toko dan dua satpam yang tadinya sudah dipecat bergembira. Mereka benar–benar berterima kasih pada David.
David menunjuk Ardika dan berkata, “Kalau begitu, aku harap Pak Levis membiarkan satpam untuk menghajar dan menyeret idiot ini keluar
dari ini!”
“Ya, ya, tentu saja!”
Levis segera menganggukkan kepalanya, lalu memelototi dua satpam itu dan berkata, “Kenapa kalian masih diam saja di sana? Apa kalian nggak mendengar perintah Tuan Muda David?!”
“Hahaha ….”
Wisnu dan yang lainnya tertawa terbahak–bahak.
Melihat David begitu mendominasi, tentu saja Wulan merasa sangat senang.
Sebelumnya, orang yang menolak untuk menyerahkan mobil dan mengembalikan uang tidak lain adalah Levis.
Hari ini, begitu David datang, dia langsung mengubah keputusannya.
Ini adalah kekuatan relasi!
Dia menepuk–nepuk pundak Handoko dan berkata dengan ekspresi bangga, “Kamu sudah lihat sendiri, ‘kan? Kalau dibandingkan denga David, kakak ipar idiotmu itu bukan apa–apa baginya. Pak Levis membelanya karena mempertimbangkan David. Kalau nggak, siapa yan akan memedulikannya?”
Handoko langsung menepis tangan Wulan dari bahunya. Saking sedihnya, matanya sudah memerah.
Dia berteriak dengan marah, “Kak Wulan, kalian sudah keterlaluan! Kenapa kalian terus menindas kakak iparku? Memang apa salahnya
“Karena dia nggak punya kemampuan apa pun, pantas saja dia kami tindas.”
Saat Wulan berbicara sambil tersenyum, dua satpam itu kembali mengayunkan tongkat mereka ke arah Ardika.
Tepat pada saat ini, tiba–tiba seseorang muncul di depan pintu.
“Kalau kalian sudah bosan hidup, silakan saja pukul dia!”
SURPERISE GIFT: 3000 bonus free for you,activity time is limited!