Bab 2336
Bab 2336
Bab 2336 Babak Akhir Part 5
Lorenzo melihat kecerdasan emosional yang tinggi pada diri Daniel, sebelumnya dia mengira, yang dinamakan kecerdasan emosional yang tinggi adalah orang yang mampu menjilat dan mengabaikan perasaan orang lain, dia selalu mencemooh dan mengabaikan hal itu.
Tapi sekarang, dia baru tahu, kecerdasan emosional yang tinggi terkadang bisa melakukan hal
tidak dapat dilakukan dengan kuasa, kedudukan, dan uang, seperti mendekatkan diri dengan anak, membujuk istri, dan berkumpul dengan keluarga!
yang
Daniel pernah berkata, keluarga perlu dikelola, siapa pun juga, tidak peduli apa kedudukan sosialmu, berapa banyak harta yang dimiliki, selamanya keluarga adalah hal milikmu yang paling berharga.
Keluarga yang harmonis membawa kemakmuran dalam segala hal, perkataan ini terdengar biasa saja, tapi sekarang, Lorenzo telah benar–benar memahaminya….
Asalkan satu keluarga berkumpul secara harmonis, barulah dia memiliki pikiran untuk melakukan hal yang lain.
Mungkin di situlah letak kepuasan manusia.
Lorenzo kembali ke rumah dengan angkuh, Dewi mencoba melarikan diri di sepanjang perjalanan, sebenarnya juga bukannya tidak ada kesempatan, berdasarkan kemampuannya saat ini, tidak ada masalah sama sekali kalau dia melarikan diri sendirian, tapi terlalu sulit melarikan diri sambil membawa anak–anaknya….
Kecuali dia benar–benar sanggup meninggalkan anaknya, kalau tidak, dia hanya bisa berkompromi.C0ntent © 2024 (N/ô)velDrama.Org.
Dibujuk untuk pulang oleh Lorenzo dan ketiga anaknya, Dewi tahu kalau dirinya telah dijebak, namun sebenarnya dia sendiri yang bersedia untuk masuk ke dalam jebakan itu….
Bagaimanapun juga, Lorenzo mampu mendapatkan pengakuan dari anak–anak dalam waktu sesingkat itu, itulah hal yang di luar dugaannya, dan juga merupakan poin yang paling menyentuh hatinya.
Meskipun ia masih sedikit gelisah, tapi melihat keterikatan anak–anaknya dengan Lorenzo, seluruh kekhawatiran di dalam hati Dewi pun hilang….
Benar juga, anak–anak butuh ibu, dan juga ayah.
Dia tidak punya hak untuk merampas hak mereka untuk merasakan kasih sayang ayah.
Kalau ia terus keras kepala, itu akan membuat anak–anaknya merasa kehilangan, demi anaknya, dia hanya bisa memilih untuk berkompromi ….
Itu adalah alasan yang ia cari untuk dirinya sendiri.
Saat Lorenzo melemparnya ke atas kasur, dia memperingatkannya dengan garang, “Lorenzo, aku peringatkan, aku kembali demi anak–anak, jangan kira aku masih menyukaimu, apa yang kamu lakukan? Kenapa melepas bajuku? Hei, hei… Ah….”
Di dalam kamar bagaikan musim semi, di luar, ketiga anak kecil turun dengan terhuyung- huyung, Tini mengeluh seperti orang dewasa, “Papi dan Mami seperti anak kecil, benar–benar membuat orang khawatir!”
“Iya, iya, terutama Mami, ugh
“Bagaimanapun juga, akhirnya Mami pulang, kelak kita bisa minum sup ular tanpa perlu membelinya!”
“Sudah lama tidak minum, mau….”
“Nenek, makanannya sudah selesai?”
Ketiga anak itu berteriak ke bawah.
“Sudah, sudah, sebentar lagi Nenek akan minta orang untuk membawanya ke ruang makan, anak pintar, jangan lari–lari, biar Nenek yang ke sana….”
Nola bergegas berlari untuk menjemput ketiga anak itu, tapi anak–anak malah berbalik dan mengetuk pintu, “Papi, Mami, makanannya sudah selesai!”
“Papi, Mami, makan malamnya sudah siap!”
“Papi, Mami….”
“Hei, hei!” Nola buru–buru menahan anak–anak, “Anak pintar, jangan ribut, Papi Mami sedang sibuk, biar Nenek yang menemani kalian makan.”
“Papi dan Mami sedang apa?”
Tini memiringkan kepala kecilnya, dan bertanya dengan heran.
“Itu….” Seketika Nola tidak tahu harus menjawab apa.
“Mereka sedang sibuk membuat adik untuk kalian.” Jasper tiba–tiba datang dan mengatakan hal itu, “Kalian suka tidak?”
“Hah? Melahirkan lagi??” Wini mengerutkan alis kecilnya, wajahnya kebingungan, “Di rumah sudah ada banyak anak, mau melahirkan lagi?”
“Benar, benar, ada Kak Carlos, Kak Carles, Kak Carla, dan kami, sudah ada enam anak, kalau melahirkan lagi, bisa buka taman kanak–kanak di dalam rumah!”
“Hei, sepertinya kedengarannya bagus juga, nanti kita buka taman kanak–kanak saja di dalam
rumah….”
“Iya, Bibi dan Paman juga sepertinya mau melahirkan anak.”
“Orang dewasa sangat merepotkan, selalu membuat kami khawatir.”
“Iya, iya!”