Bab 2317
Bab 2317
Bab 2317 Sudah Mau Melahirkan
Dengan kondisi fisik Dewi, melahirkan satu anak saja sudah cukup sulit, tapi sekarang dia mengandung anak kembar tiga, jadi tingkat risikonya meningkat tiga kali lipat dalam sekejap.
Dewi pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Dokter menyarankan agar dia menjalani operasi untuk menggugurkan dua anak dan menyisakan satu anak saja, cara ini akan lebih aman, tapi dia menolak.
Mereka semua adalah darah dagingnya sendiri, dia tidak bisa membuang siapa pun. Dia telah mempraktikkan pengobatan dan menyelamatkan nyawa sepanjang hidupnya, sekarang dia juga memiliki kepercayaan diri untuk mempertahankan anaknya sendiri….
Jadi, dia mulai mempelajari keterampilan medis, memeriksa dan merawat diri setiap hari, membuat persiapan sebelum melahirkan.
Brandon tetap merasa tidak tenang, jadi dia membuat kartu Member di Rumah Sakit Kasih di Kota Bunaken dan menyiapkan pesawat khusus terlebih dahulu, untuk jaga–jaga kalau saat Dewi melahirkan terjadi keadaan darurat, mereka dapat segera terbang ke kota Bunaken untuk
perawatan…..
Tapi dia takut dimarahi, jadi semua hal itu dia lakukan secara diam–diam.
Suasana hati Dewi akhir–akhir ini sangat tenang. Setiap hari dia membaca buku medis kuno atau meneliti obat tradisional. Dia bahkan menyiapkan satu set peralatan media baru untuk persiapan melahirkannya nanti…. Exclusive © content by N(ô)ve/l/Drama.Org.
Nenek yang membantu di rumah sampai takut melihatnya, dan pulang memberi tahu suaminya apa mungkin pasangan muda yang tinggal di pegunungan itu adalah buronan, kenapa istrinya hamil,
mereka harus mengurusi masalah persalinan sendiri di rumah, tidak berani pergi ke rumah sakit.
Untungnya biasanya Dewi dan Brandon memperlakukannya dengan baik, jadi meskipun nenek itu merasa gugup dan takut, tapi dia tidak pernah berpikir untuk melaporkan mereka, hanya diam–diam khawatir setiap hari …
Waktu berlalu hari demi hari, dan dalam sekejap mata, Dewi sudah hamil selama tujuh bulan. Baru– baru ini, dia memiliki nafsu makan yang sangat baik. Setiap hari, dia makan dua pasang kaki babi, sepanci besar babi goreng, satu panci sop ikan, dan juga aneka buah dan sayuran ….
Wajah kecil kurusnya yang semula sekarang menjadi bulat dan berisi, kulitnya juga merona merah, sangat imut.
Melihat kondisinya yang begitu baik, Brandon merasa lega, dia meminta nenek untuk membeli lebih banyak makanan dan memasak beragam macam makanan untuk Dewi….
Hari itu, Brandon pergi ke kota untuk membeli beberapa barang kebutuhan sehari–hari, tapi dia justru menemukan bahwa ada beberapa orang yang sedang menanyakan kabar tentang Dewi, dia bersembunyi dan melihat lebih teliti, bukankah itu orang dari keluarga Moore?
Dia terkejut dan bergegas mengendarai mobilnya kembali ke gunung.
Dalam perjalanan pulang, ponselnya berdering. Itu adalah panggilan dari nenek pengasuh, suaranya sangat panik, “Brandon, gawat. Istrimu sudah mau melahirkan, cepatlah kembali.”
“Aku sedang dalam perjalanan pulang, apa yang terjadi padanya?”
Brandon bertanya dengan cemas.
“Tadi siang dia bilang dia haus, dan dia berbaring di kursi sambil memakan setengah buah semangka. Saat itu aku sedang mencuci pakaian, tapi sebelum aku selesai, aku tiba–tiba mendengar dia berteriak dan mengatakan bahwa perutnya sangat sakit, lalu dia memintaku untuk segera meneleponmu. Aduh, cairan ketubannya sudah pecah, gawat….”
Nenek sambil berbicara sambil sibuk, terdengar suara teriakan Dewi dari ujung telepon
Brandon ketakutan, dan buru–buru mempercepat kecepatan mobil untuk segera pulang.
Namun begitu dia berkendara ke lereng gunung, dia menyadari ada beberapa mobil modifikasi hitam yang mengikutinya, seharusnya adalah mobil keluarga Moore.
Dia sangat cemas. Kalau dia pulang sekarang, maka dia akan membawa mereka kembali bersamanya juga. Kalau dia tidak pulang, Dewi akan berada dalam bahaya….
Saat dia sedang memikirkannya, terdengar seruan nenek, “Astaga, Dewi….”
“Ada apa? Ada apa?”
Dia masih belum menutup panggilannya, sambil mengemudi sambil menelepon.
“Dewi jatuh.” Nenek membantu Dewi bangun sambil mendesak Brandon, “Brandon, cepatlah kembali, aku tidak bisa menanganinya sendiri.”
“Aku juga ingin segera kembali, tapi ada yang sedang mengikutiku.” Brandon sangat cemas.
“Siapa?” Suara lemah Dewi terdengar dari ujung telepon.
“Sepertinya orang dari keluarga Moore,” Brandon berkata dengan cemas, “Dewi, apa yang harus aku lakukan? Kalau aku pulang sekarang, maka aku akan membawa mereka kembali juga, tapi kalau tidak pulang….”
“Jangan pulang.” Dewi dengan tegas membuat keputusan, “Alihkan mereka dari sini….”
“Tapi
“Lakukan apa yang aku katakan.”
“Baiklah.”