Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 2293



Bab 2293

Bab 2293 Berdamai

Jasper menghindari berita buruk dan berkata, “Nona Dewi, Anda tidak perlu khawatir. Kami pasti akan menyelamatkan Paman Joshua. Anda jaga diri baik–baik….”

“Mana Lorenzo? Minta dia angkat teleponnya.”

Dewi sangat cemas. Sudah begitu lama terkurung di penjara bawah tanah, dia sangat mengerti siksaan tidak manusiawi seperti apa yang akan dirasakan di sana…. This material belongs to NôvelDrama.Org.

Saat itu, Nyonya Presiden tidak berani menyentuhnya. Belum tentu hal ini berlaku pada Paman Joshua.

“Tuan sedang bicara dengan Presiden.” Jasper menggunakan tangannya menekan gagang telepon, lalu dengan pelan berkata, “Lukanya sangat parah dan tubuhnya sangat lemah. Setelah selesai menelepon, Tuan akan menelepon Nona….”

Perkataan ini membuat Dewi tidak tega bertanya lagi. Dia hanya bisa berkata, “Baiklah, aku tunggu teleponnya.”

Setelah berhenti sesaat, dia berkata lagi, “Jasper, Bibi Lauren sudah tiada. Aku hanya tinggal Paman Joshua, kerabatku satu–satunya. Aku tidak bisa membiarkannya terjadi sesuatu.”

“Aku mengerti, Nona Dewi.”

Jasper dengan hormat menjawab.

Setelah menutup telepon, Jasper melihat ke dalam ruang kerja dari celah pintu. Lorenzo memaksa menggunakan tubuhnya yang lemah untuk menjawab telepon. Dia hanya menghela

napas

Apa yang dibilang Willy benar. Awalnya, situasi ini menguntungkan mereka.

Lorenzo bisa membalikkan keadaan sepenuhnya. Namun, karena Paman Joshua jatuh ke tangan Presiden, tidak hanya bisa menarik simpati, juga memberikannya kartu AS.

Jeff sendiri tertembak karena menyelamatkan Paman Joshua. Sekarang sedang terbaring di rumah sakit.

Situasi saat ini sangat tidak menguntungkan bagi mereka.

Pengawal buru–buru kemari dan berkata pada Jasper dengan pelan, “Luka Tuan berdarah lagi.”

Jasper buru–buru kembali ke ruang kerja.

“Bukankah membosankan berbicara begitu banyak omong kosong?”

Lorenzo bersandar di kursi sambil menjawab telepon. Meskipun lemah, aura dominan di alisnya tidak berkurang sedikit pun.

Jasper melihat luka di bahunya berdarah. Mungkin karena tadi terlalu emosional dan memukul meja dengan kepalan tangannya.

Jasper segera mengambil kotak obat dan maju ke depan untuk menghentikan pendarahannya.

Namun, Lorenzo mengernyit. Jasper tidak berani mendekat lagi.

“Langsung bilang saja. Apa maumu?”

Lorenzo tidak lagi bersabar menghadapi Presiden. Bajingan itu hanya tertembak di bagian bawah tulang selangka, sama sekali tidak kena jantungnya. Dia malah mengumumkan sedang sekarat dan

sedang melakukan pertolongan….

Sampai membuat publik mengira dia begitu menyedihkan.

Istri dan putrinya diculik. Dia sendiri tertembak…

Jadi, dia sengaja memanfaatkan ini memicu opini publik, mengatakan bahwa Lorenzo adalah pria ambisius yang mengincar posisi Presiden sampai menyebabkan begitu banyak hal terjadi.

Benar–benar munafik dan tidak tahu malu.

“Lorenzo, jujur saja. Di seluruh Negara Emron tidak akan ketemu orang berbakat sepertimu. Kehilanganmu tidak hanya merugikan Negara Emron, juga merugikanku.”

“Kenapa kita harus saling membunuh? Bagaimana kalau kita berdamai. Kelak, kamu lanjut mengurus Grup Moore, aku tetap lanjut jadi Presiden. Bagus, ‘kan?”

Presiden tersenyum sambil mengatakan ini. Jelas sekali dia ingin berdamai.

Dia mengerti, menggunakan Paman Joshua untuk menundukkan Lorenzo adalah hal yang mustahil. Berdamai mungkin masih ada harapan.

“Kamu sudah berbuat begitu banyak, sekarang malah minta berdamai?” Lorenzo tersenyum sinis. sambil mengejeknya, “Atas dasar apa?”

“Aku tahu kamu marah. Katakan saja syaratmu.” Presiden berkata secara baik–baik, “Semuanya bisa dibicarakan, yang penting bisa berdamai.”

Dia tahu, meskipun sekarang dia menangkap Paman Joshua, situasi tetap menguntungkan

Lorenzo.

Hanya seorang Paman Joshua sama sekali tidak bisa membuat Lorenzo menyerah.

Karena mereka sudah membuat masalahnya sampai tidak ada titik balik.

Orang seperti Lorenzo adalah orang yang akan balas dendam sekecil apa pun, dia tidak akan begitu saja memaafkannya.

“Berdamai bisa. Kamu sendiri umumkan kejahatanmu, lalu minta maaf dan mundur dari

posisimu. Terimalah sanksi hukum. Kalau tidak, tak perlu dibahas lagi!”

Lorenzo berkata tanpa sungkan.

“Lorenzo, begitu saja tidak bisa negosiasi lagi?” Ekspresi wajah Presiden langsung muram. “Aku sudah menyelidiki. Paman Joshua ini adalah ayah angkat tunanganmu. Ibu angkatnya sudah mati. Kalau sesuatu terjadi padanya juga, apa tunanganmu itu akan memaafkanmu?”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.