Menantu Pahlawan Negara

Bab 232



Bab 232 Tina Sudah Terlambat Datang

Tidak lama kemudian, Viktor dibawa keluar oleh anak buah Alvaro. Dia sudah dihajar hingga babak belur.

Alvaro melirik Ardika dengan sorot mata cemas. Melihat Ardika tidak menyalahkannya atas hal ini, akhirnya dia bernapas lega.

Begitu melihat Ardika, alih–alih berterima kasih karena Ardika sudah menyelamatkannya, Viktor malah menerjang ke hadapan Ardika dan bertanya dengan nada menyalahkan, “Kenapa kamu baru datang sekarang?! Lihatlah aku sampai dihajar separah ini! Nanti aku akan menyuruh istrimu untuk menanggung semua biaya pengobatanku dan kerugian mental yang aku alami!”

“Plak!”

Ardika langsung melayangkan tamparan ke wajah pria sialan itu dan berkata dengan dingin. “Percaya atau nggak, hanya dengan satu kalimat dariku, mereka akan membunuhmu di sini sekarang juga.”

Saking ketakutannya, Viktor yang sedang memegang wajahnya tidak berani mengucapkan sepatah kata pun lagi.

Dia berasumsi bahwa Ardika pasti sudah membawa uang sebesar empat miliar ke sini, Alvaro baru bersedia melepaskannya.

Kalau Ardika tidak menyerahkan uang itu pada Alvaro, kemungkinan besar Alvaro benar–benar akan membunuhnya di sini!

Kilatan tajam melintasi matanya, tetapi untuk sementara waktu dia hanya bisa menutup mulutnya dengan rapat.

Ardika sama sekali tidak memedulikan sorot mata tajam pria itu. Dia langsung berbalik dan pergi.

“Alvaro, keluar sekarang juga! Dasar pria sialan! Berani sekali kamu menghancurkan mobil sahabatku! Hari ini, aku akan menghancurkan tempat perjudianmu, lalu menampar wajahmu hingga babak belur!”

Tepat pada saat ini, terdengar erangan penuh amarah dari arah luar pintu.

Tina berjalan memasuki tempat perjudian itu dengan aura membunuh yang kuat. Di belakangnya, ada belasan orang pria yang mengenakan setelan jas.

“Eh ….”

Melihat tempat itu sudah dihancurkan dan dalam kondisi kacau balau, Tina langsung menghentikan langkah kakinya dan mulutnya terbuka lebar saking terkejutnya.

Kemudian, dia melihat wajah Alvaro yang sudah bengkak.

Hal yang ingin dia lakukan sudah dilakukan oleh orang lain!

“Tina, kamu sudah terlambat datang.”

Tepat pada saat Tina masih tercengang, tiba–tiba terdengar suara sindiran seseorang.

Begitu melihat dengan jelas, amarah wanita itu langsung meluap.

‘Berani sekali Ardika menyindirku!‘

Dia mendengus dan berkata, “Ardika, apa yang kamu banggakan? Jangan bilang kamu yang menghancurkan tempat ini dan kamu juga yang menampar wajah Alvaro!”

Ardika tahu wanita ini selalu memandang rendah dirinya.

Setiap ada kesempatan, wanita ini selalu mengatakan hal–hal buruk tentangnya di hadapan Luna dan meminta Luna untuk bercerai

dengannya.

Kalau orang lain yang berani melakukan hal seperti itu, dia punya seribu macam cara untuk memberi pelajaran kepada orang itu.

Namun, dia tidak berdaya menghadapi wanita ini karena wanita ini adalah sahabat Luna.

Kebetulan sekali, hari ini dia bisa menunjukkan kemampuannya pada wanita ini, agar kelak wanita ini tidak berbicara hal–hal buruk tentangnya lagi di hadapan Luna.

Dia tersenyum dan bertanya, “Alvaro, coba kamu beri tahu dia siapa yang menghancurkan tempat ini dan menampar wajahmu.”

*Kak Ardika, kamu yang menghancurkan tempat ini dan menampar wajahku!” kata Alvaro dengan suara teredam sambil memegang wajahnya. Saat ini, dia ingin sekali hilang ditelan bumi.

*Benar–benar kamu yang melakukannya?”

Melihat ekspresi pengecut Alvaro, Tina tahu pria itu benar–benar sudah tunduk karena tamparan Ardika.

Dia sangat terkejut.

‘Benar–benar Ardika yang melakukannya? Ardika bukan pria pecundang yang nggak bisa apa–apa selain membual?‘ pikir Tina.

“Kalau bukan aku, siapa lagi? Tina, aku pulang dulu. Luna masih menungguku di rumah.”

Ardika tersenyum, lalu berjalan pergi.

“Tina, kami juga pergi dulu.”

Romi menangkupkan tangannya di hadapan Tina, lalu juga berjalan pergi.

Setelah Ardika dan Romi berjalan keluar, Geri dan lima orang rekannya juga meninggalkan tempat itu.

Tina menghampiri Alvaro, lalu berkata dengan dingin, “Sebenarnya apa yang terjadi? Cepat ceritakan padaku dengan detail!”

Melihat ahli bela diri di belakang Tina, lalu melihat sepuluh anak buah pamannya yang sudah tergeletak di lantai, Alvaro tidak punya pilihan lain selain menuruti permintaan wanita itu.

Setelah Alvaro selesai menceritakan kejadian itu dari awal hingga akhir, Tina mendengus dingin dan berkata, “Aku pikir dia benar–benar hebat, ternyata dia tetap mengandalkan Romi. Kalau bukan karena bantuan Romi, hari ini dia nggak akan bisa keluar dari sini!”

Sejak awal, pandangannya pada Ardika sudah buruk. Jadi, kalau ingin membuatnya mengakui kehebatan Ardika, benar–benar sangat sulit.

“Plak!”

Tiba–tiba, Tina melayangkan sebuah tamparan ke wajah Alvaro.

Alvaro langsung tercengang. ‘Dasar wanita sialan! Dari tadi aku menuruti kemauannya, tapi dia malah menamparku?!‘ pikir Alvaro.

“Tina, jangan keterlaluan! Apa kamu pikir aku benar–benar takut padamu?!” From NôvelDrama.Org.

SURPERISE GIFT: 3000 bonus free for you,activity time is limited!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.