Bab 88
Bab 88 Tuan Besar Basagita Bertindak
Luna pun terdiam.
Keduanya mengira hari ini Korps Taring Harimau kebetulan lewat untuk latihan lagi.
Tidak ada yang menyadari bahwa Ardika–lah yang memerintahkan mereka untuk datang.
Luna sangat senang ketika melihat para preman itu bekerja tanpa dibayar.
Dia akan menghemat banyak biaya! Exclusive content © by Nô(v)el/Dr/ama.Org.
Di rumah tua Keluarga Basagita.
Yanto dan keluarganya datang dengan tergesa–gesa.
“Tuan Besar, tolong urus Lund. Kalau terus seperti ini, Grup Agung Makmur akan hancur!”
Begitu melihat Tuan Besar Basagita, Yanto langsung memohon dengan frustrasi.
“Ada apa? Dia menimbulkan masalah apa lagi?”
Tuan Besar Basagita sudah mengurung diri selama dua hari di rumah, dia sama sekali tidak
memperhatikan keadaan Grup Agung Makmur.
Wisnu berkata, “Kakek, si kepala preman Romi mengutus orang untuk mengepung lokasi
konstruksi dan meminta Luna untuk membeli bahan bangunan mereka. Kalau dia menolak,
mereka akan menunda pembangunan. Kemudian, Korps Taring Harimau kebetulan lewat dan
melihat ada yang sedang membuat keributan, jadi mereka pun menangkap bawahan Romi.”
“Setelah itu, Luna meremehkan Romi. Dia bukan hanya menolak untuk membeli bahan
bangunan, juga menyuruh bawahan Romi bekerja secara sukarela untuknya. Bukankah dia
sedang cari mati!”
Mendengar ini, Tuan Besar Basagita sontak kaget.
Sial, dia baru menyerahkan Grup Agung Makmur kepada Luna, tetapi Luna sudah menyinggung kepala preman seperti Romi.
“Kakek, keluarga kita mana sanggup menanggung akibat dari menyinggung preman kejam
seperti Romi? Si Luna ini sengaja ingin mencelakai Keluarga Basagita, dia ingin kita hancur!”
Wulan pun menggertakkan giginya sambil meluapkan kecemburuannya.
“Sial, beraninya dia nggak melaporkan masalah besar ini padaku!”
Tuan Besar Basagita sangat marah hingga langsung menelepon Luna.
“Kakek, ada apa?”
Luma segera menjawab panggilan
+18 BOHUS
*Kenapa kamu nggak memberitahuku soal Romi mengirim orang untuk memblokir lokasi pembangunan?” tanya Tuan Besar Basagita dengan marah.
Luna berkata dengan tertekan, “Kakek, bukankah kamu sudah menyerahkan semua urusan di lokasi konstruksi padaku? Lagi pula aku bisa menangani masalah ini.”
Sebelumnya Tuan Besar Basagita sudah berjanji untuk tidak akan ikut campur dalam urusan pembangunan lagi, tetapi sekarang dia malah menyalahkan Luna.
“Apa kamu bisa menangani masalah ini!”
Tuan Besar Basagita sangat emosi. Dia memukul meja sambil berteriak, “Romi nggak sanggup menyinggung Korps Taring Harimau, tapi dia sanggup menyinggung Keluarga Basagita. Kamu kira setiap hari kamu akan begitu beruntung dan dibantu oleh Korps Taring Harimau? Cepat minta maaf pada Romi dan beli bahan bangunannya!”
“Kakek, bahan bangunannya Romi tiga kali lipat lebih tinggi dari harga Grup Sentosa Jaya. Modal yang perlu kita keluarkan terlalu besar dan dana kita juga nggak cukup,” jawab Luna dengan
tidak berdaya
Kalau harga yang ditawarkan sesuai dengan harga pasar, Luna akan membelinya agar pembangunan dapat berjalan lancar.
Namun, biayanya tiga kali lipat lebih tinggi. Kalau mereka perlu mengeluarkan modal sebesar itu, proyek ini tidak akan menghasilkan uang.
“Modal tinggi cukup naikkan harga rumah. Lagian pembeli yang akan menanggung biaya ini. Kalau dana nggak cukup, kamu bisa mengajukan pinjaman dari bank. Masalah seperti ini saja nggak bisa kamu atasi, penanggung jawab seperti apa kamu!”
Tuan Besar Basagita tidak peduli dengan alasannya.
Sekarang, dia hanya ingin meredakan emosi Romi agar Keluarga Basagita tidak terkena masalah
di kemudian hari.
“Luna, selesaikan masalah ini sebelum siang hari. Kalau masalah belum terselesaikan saat aku tiba di lokasi konstruksi, aku akan mengganti penanggung jawab. Kita sudah sepakat sebelumnya, kalau kamu melakukan kesalahan, aku berhak menyingkirkanmu!”
Setelah selesai berbicara, Tuan Besar Basagita tidak membiarkan Luna menutup telepon.
enjawab dan langsung
Di kantor lokasi konstruksi, Luna meletakkan ponselnya dengan tidak berdaya.
“Kakek menyuruhku meminta maaf pada Romi dan setuju untuk membeli bahan bangunannya.”
Audika berkata dati samping. “Untuk apa minta maaf? Semua anak buahnya sudah dijangkey Sayang, jangan dengarkan kakekmu.”
Karena merasa malu setelah ditampar, Tina sudali pergi.
Luna pun sungkan untuk merepotkan sahabatnya lagi.
“Anak buah Romi ditangkap, tapi Romi nggak. Entali apa yang akan dilakukan oleh preman kejam sepertinya.”
Setelah dipikir–pikir, Luna memutuskan untuk pergi bernegosiasi dengan Bomi secara langsung