Bab 171
Bab 171
Bab 171
Javier bertanya dengan ketakutan : “Ibu, apakah kamu tahu siapa yang mencelakaimu?”
“Orang yang membiusku dan melemparkanku kedalam sungai hanyalah orang–orang yang dibayar oleh seseorang.” Mata Samara bergerak, “Saya mendengar dia memanggilnya dengan sebutan ‘Nyonya‘ dalam keadaan
tidak sadar, orang yang membayarnya mungkin seorang wanita berusia tiga puluh tahun keatas....”
Samara melepaskan tas jinjing yang terikat di betisnya. Original content from NôvelDrama.Org.
“Untung saya selalu membawa pil penawar racun bersamaku, dan memakannya tepat sebelum saya pingsan, kalau tidak saya pasti benar benar akan mati didalam sungai.”
Tiba–tiba.
Javier teringat sesuatu, tangan mungilnya menepuk kepalanya.
“Aduh lihatlah otakku ini, karena terlalu bahagia melihat ibu pulang dengan selamat, saya melupakan hal penting!”
“Apa itu?”
Javier meraih ponselnya dan sedang memencet beberapa tombol : “Ibu, kamu sudah pulang dengan selamat, saya tentu harus mengabarkannya pada Paman Asta. Kamu tahu tidak... Paman Asta sangat panik setelah tahu kamu menghilang, dia menggerakkan seluruh kapal pesiar milik Keluarga Costan untuk mencarimu....”
Sebelum anak itu menyelesaikan perkataannya, Samara meraih ponsel yang ada ditangan Javier.
“Javier, kamu tidak boleh menelponnya sekarang.”
“Ibu, kenapa?” Javier menatap Samara dengan bingung, “Paman Asta demi mencarimu, tidak tidur sama sekali, kalau dia tidak tahu kamu sudah kembali, maka dia akan terus mencarimu!”
Samara tersentak.
Malam itu setelah tenggelam dan diselamatkan oleh perahu nelayan, obat bius itu masih menyisakan efek dalam tubuhnya jadi dia tidur cukup lama di perahu nelayan.
Dia tidak tahu kalau Asta mengerahkan seluruh kapal pesiar milik Keluarga Costan, dan mencarinya dengan gigih.
“Javier, topeng wajah ibu terlepas sendiri karena terlalu lama terendam air, dan tidak tahu hanyut kemana. Saya perlu menghubungi orang untuk membuat ulang topeng wajah itu dan mengirimkannya kepadaku....”
Samara mencubit ringan pipi Javier.
“Saya masih belum bisa memberitahukan kepada semua orang, siapa saya, dan itu termasuk Asta.”
Menghadapi Asta yang begitu dominan dan lembut, dia merasa hatinya mulai retak dan tersentuh.
Tapi–—
Akal sehatnya tetap bekerja.
Sebelum dia bisa membalaskan dendamnya, dia tidak boleh.
Javier berpikir keras, dia telah melihat dengan matanya sendiri bagaimana Asta berusaha mencari Ibunya, tapi dia juga tahu bahwa ibunya telah hidup dalam kebencian selama ini, dan sudah membayar banyak untuk membalaskan dendam dirinya dan neneknya selama ini..
Setelah menimbang untuk waktu yang lama, Javier akhirnya menuruti Samara.
“Ibu...kalau begitu setelah topeng wajahmu selesai, segera kabari paman Asta.”
“Baik.”
Samara berpikir kalau topeng wajah itu paling tidak akan selesai dalam waktu 3–4 hari.
Asta yang sudah dewasa, tidak mungkin tidak bisa menunggu waktu sesingkat itu kan?
Beberapa hari ini Samara tidak mandi dengan benar, jadi dia masuk ke kamar mandi dan mandi.
Javier tidak tahan, lalu diam–diam menelpon Asta.
Setelah telepon diangkat
“Paman, ini saya.”
“Javier, maaf saya belum bisa menemukan ibumu.” Suara pria itu sangat serak dan suram, “Tapi saya tidak akan menyerah.”
Javier merasa hidungnya terasa asam, dan tahu pandangannya tidak salah memilih ayah tirinya.
“Paman, jaga kesehatanmu juga ya.” Javier tidak bisa berkata jujur tapi dia juga tidak tega melihat Asta terpuruk, “Ibuku pasti akan kembali dengan selamat! Dia mungkin sedang berada di suatu tempat terpencil dan tidak bisa menghubungi kita.”
Mendengar ucapan anak itu membuat Asta tersenyum.
“Javier, ini adalah perkataan yang paling ingin kudengarkan dalam beberapa hari ini....”
“Terima kasih, jaga dirimu dengan baik, serahkan saja disini padaku, saya pasti akan menemukannya.”
Setelah telepon ditutup.
Asta kembali melawan angin, menatap sungai yang tidak terlihat dasarnya dan batuk–batuk.
Wajahnya sangat pucat kecuali dua pipinya yang memerah.
Tidak berhenti.
Pria itu terus melanjutkan pencarian wanita yang dicintainya dengan gila.